Oleh Saif Al Battar Jum'at, 2 Rabiul Akhir 1434 H / 8
Februari 2013 20:49
(Arrahmah.com) – Husnuzhon, mudah dikatakan, sangat sulit diamalkan dan
banyak disepelekan.
Dari Anas Bin Malik Radhiyallohu
‘Anhu belia meriwayatkan :
Suatu ketika kami sedang duduk-duduk
bersama Rasulullah Shollallohu ‘alaihi Wasallam tiba-tiba-tiba beliau bersabda
:
يَطْلُعُ عَلَيْكُمُ الآنَ رَجُلٌ
مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ
“Sebentar lagi akan datang seorang
laki-laki ahli surga”.
Tidak lama kemudian datanglah
seseorang –yang tidak begitu dikenal- dari kalangan Anshar, yang jenggotnya
masih basah dengan air wudhu’ sambil menenteng sandal di tangan kirinya.
Keesokan harinya kami duduk-duduk bersama
Rasulullah Shollallohu ‘alaihi Wasallam dan beliau mengatakan hal sama lalu
muncul orang yang sama dengan melakukan hal yang sama pula. Demikian terjadi
hingga tiga hari berturut-turut. Ketika Rasulullah berdiri dari tempat duduk
beliau Abdullah bin Amr bin Ash mengikuti laki-laki tersebut seraya berkata :
“Aku sedang bertengkar dengan ayahku
dan aku bersumpah tidak akan pulang ke rumah sampai tiga hari ini. Bolehkah aku
menginap di rumahmu wahai saudaraku ?” Orang itu ternyata mengijinkan.
Kemudian Anas bin Malik melanjutkan
:
“Setelah Abdullah bin Amr bin Ash
menginap selama tiga hari, ia pun menceritakan apa yang dilihatnya. Ternyata ia
tidak melihat orang itu bangun malam untuk sholat tahajjud, kecuali hanya
terjaga sebentar lalu tidur lagi. Dan setiap kali ia terjaga, ia hanya
berdzikir dan bertakbir lalu kembali tidur hingga datang waktu sholat Shubuh.
Selama tiga hari berturut-turut
setiap kali engkau datang ke masjid, Rasulullah Shollallohu ‘alaihi Wasallam
selalu bersabda :
“Sebentar lagi akan datang seorang
laki-laki ahli surga”, maka aku sangat ingin mengetahui amal ibadah apa yang
telah engkau lakukan sehingga aku bisa menirumu. Tetapi selama tiga hari ini
aku bersamamu aku tidak melihat sesuatu yang istimewa dari dirimu”.
Apa sebenarnya yang telah engkau
lakukan sehingga Rasulullah Shollallohu ‘alaihi Wasallam berkata seperti itu
?”.
“Memang tidak ada yang istimewa
dalam diriku kecuali yang telah engkau saksikan sendiri selama tiga hari ini”.
Jawab orang itu.
“Maka aku pun segera pergi meninggalkan
orang itu”, kata Abdullah bin Amr Amr bin Ash. Seketika itu ia memanggilku dan
berkata :
مَا هُوَ إِلاَّ مَا رَأَيْتَ غَيْرَ
أَنِّى لاَ أَجِدُ فِى نَفْسِى لأَحَدٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ غِشًّا وَلاَ أَحْسُدُ
أَحَداً عَلَى خَيْرٍ أَعْطَاهُ اللَّهُ إِيَّاهُ
“Tidak Ada yang istimewa dalam
diriku kecuali yang telah engkau saksikan sendiri selama tiga hari ini, hanya
saja tidak pernah terdetik sedikit pun dalam hatiku buruk sangka terhadap
saudaraku sesama Muslim dan Aku tidak pernah merasa iri terhadap nikmat dan
karunia yang Allah berikan kepada seserorang di antara mereka”.
Abdullah bin Amr Amr bin Ash pun
menjawab :
هَذِهِ الَّتِى بَلَغَتْ بِكَ وَهِىَ
الَّتِى لاَ نُطِيقُ
“Inilah kelebihan yang engkau miliki
dan yang tidak mungkin dapat kami lakukan”.
(HR Ahmad dan Nasa’i dan dinyatakan Shahih oleh Syaikh Syu’aib
Al Arnauth berdasar syarat-syarat Bukhari & Muslim)
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا
وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي
قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Ya Rabb kami, beri ampunlah kami
dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah
Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman;
Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS Al
Hasyr 10).
(saifalbattar/Ustadz Fuad Al Hazimi/arrahmah.com)
No comments:
Post a Comment