Saif Al Battar Ahad, 15 Jumadil Akhir 1434 H / 31
Maret 2013 22:17
Oleh: Al Ustadz Fuad Al Hazimi (hafizahullah)
(Arrahmah.com) - Seorang Doktor di bidang aqidah bertanya kepada Syaikh DR.
Umar Al Asyqor guru besar ilmu Aqidah :
” Wahai syaikh, saya sudah mencapai
gelar akademik tertinggi dalam ilmu aqidah, namun saya belum merasakan dalamnya
aqidah ini tertanam di hati dan jiwaku”.
Maka Syaikh DR. Umar Al Asyqor
menjawab :
“Pertanyaan itu sudah pernah ditanyakan
oleh Syaikhul Islam Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah kepada gurunya Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyyah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menjawab :
“Apa yang engkau pelajari hanyalah
kaidah-kaidah (rumusan-rumusan) dalam masalah aqidah, sedangkan jika engkau
ingin merasakan dalamnya aqidah tertanam didalam hati dan jiwamu, maka hayati
dan resapilah kandungan Al-Qur’an”
*****
Ikhwah Fillah rohomakumulloh… Ilmu
tauhid yang kita pelajari selama ini, ternyata baru sekedar kaidah atau rumusan
seperti rumus Matematika dan Kimia atau rumus lainnya. Tanpa praktek nyata,
maka rumusan tinggal rumusan tanpa arti walaupun sebanyak apapun kita
menghafalnya.
Khalifah Umar Bin Abdul Aziz berkata
:
إِنَّ لِلإِيمَانِ فَرَائِضَ
وَشَرَائِعَ وَحُدُودًا وَسُنَنًا ، فَمَنِ اسْتَكْمَلَهَا اسْتَكْمَلَ الإِيمَانَ
، وَمَنْ لَمْ يَسْتَكْمِلْهَا لَمْ يَسْتَكْمِلِ الإِيمَانَ
“Sesungguhnya iman MEMILIKI
kewajiban-kewajiban, batasan dan aturan serta sunnah-sunnah, barangsiapa
menyempurnakannya maka sempurnalah imannya dan barangsiapa tidak menyempurnakannya
maka tidak sempurna pula imannya” (HR. Bukhari)
Oleh karena itu marilah kita beriman
sejenak sebagaimana ucapan sahabat Muadz bin Jabal Rodiyallahu ‘anhu:
اجْلِسْ بِنَا نُؤْمِنْ سَاعَةً
“Duduklah bersama kami, mari kita
beriman sejenak saja” (HR. Bukhari)
Maksudnya adalah bertafakkur dan
mengingat Allah sejenak saja.
Allah Azza Wa Jalla Berfirman
(artinya):
“Sesungguhnya orang-orang yang
beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan
apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya
kepada Rabb mereka, mereka bertawakkal”. (QS Al Anfal 2)
“Sesungguhnya orang yang benar-benar
beriman kepada ayat-ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan
ayat-ayat itu mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan
lagi pula mereka tidaklah sombong. Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya
(karena sholat tahjjud) dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh
rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezki yang Kami
berikan.” (QS As Sajdah 15)
“Katakanlah : “Berimanlah kamu
kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya
orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Quran dibacakan
kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud,
Dan mereka berkata : “Maha suci Rabb Kami, Sesungguhnya janji Rabb Kami pasti dipenuhi”.
Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’.”
(QS Al Isra’ 107 – 109)
Dan mereka berkata : “Maha suci Rabb Kami, Sesungguhnya janji Rabb Kami pasti dipenuhi”.
Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’.”
(QS Al Isra’ 107 – 109)
“Mereka itu adalah orang-orang yang
telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari
orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan
Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami
pilih. APABILA DIBACAKAN AYAT-AYAT ALLAH YANG MAHA PEMURAH KEPADA MEREKA, MAKA
MEREKA MENYUNGKUR DENGAN BERSUJUD DAN MENANGIS”.
(QS Maryam 58)
(QS Maryam 58)
“Allah telah menurunkan perkataan
yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi
berulang-ulang , GEMETAR KARENANYA KULIT ORANG-ORANG YANG TAKUT KEPADA RABB
NYA, KEMUDIAN MENJADI TENANG KULIT DAN HATI MEREKA DI WAKTU MENGINGAT ALLAH.
Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya
seorang pemimpinpun. “
(QS Az Zumar 23)
(QS Az Zumar 23)
Banyak orang menyangka bahwa
akhlakul karimah tidak ada sangkut pautnya dengan tauhid atau aqidah, sehingga
seseorang yang sudah belajar tauhid tidak sedikit pun merasa risih untuk
mengeluarkan sumpah serapah atau kata-kata kotor kepada saudaranya sesama
muslim. Padahal tauhid adalah inti iman dan dalam banyak hadits Rasulullah
Shollallohu ‘alihi wa sallama selalu mengaitkannya dengan adab dan akhlak.
Bahkan Allah Azza wa jalla pun menjadikan amal shalih sebagai bukti keimanan
seseorang.
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu
benar-benar dalam kerugian, KECUALI ORANG-ORANG YANG BERIMAN DAN MENGERJAKAN
AMAL SHALIH dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat
menasehati supaya menetapi kesabaran”. (QS Al Ashr 1 – 3)
Ucapan kita, pandangan kita,
pendengaran kita bahkan desiran hati kita adalah bukti iman dan tauhid kita
“Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia DAN KAMI MENGETAHUI APA YANG DIBISIKKAN OLEH HATINYA, dan
Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang
Malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang
lain duduk di sebelah kiri. TIADA SUATU UCAPANPUN YANG DIUCAPKANNYA MELAINKAN
ADA DI DEKATNYA MALAIKAT PENGAWAS YANG SELALU HADIR. (QS Qaaf 16 – 18)
“Dan janganlah kamu mengikuti apa
yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. SESUNGGUHNYA PENDENGARAN,
PENGLIHATAN DAN HATI, SEMUANYA ITU AKAN DIMINTA PERTANGGUNG JAWABANNYA”. (QS Al
Isra’ 36)
Puluhan nasehat Rasulullah
Shollallohu ‘alihi wa sallama mengaitkan keimanan dengan ucapan, sikap dan adab
kita. Bahkan menyingkirkan duri dari jalanan pun bagian dari iman.
Beliau Shollallohu ‘alihi wa sallama
bersabda :
الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ
بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ
وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ
الإِيمَانِ
“Iman itu ada 70 atau 60 cabang,
yang paling utama adalah ucapan Laa Ilaaha IllaLlah sedangkan yang paling
rendah adalah MENYINGKIRKAN DURI DARI JALAN. Dan rasa malu merupakan bagian
dari iman” (HR. Muslim)
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhir hendaklah ia berkata yang baik atau diam saja” (Muttafaq
Alaih)
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلاَ يُؤْذِي جَارَهُ
“Barangsiapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhir maka janganlah ia menyakiti tetangganya” (Muttafaq Alaih)
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ
“Barangsiapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhir hendaklah ia memuliakan tetangganya” (Muttafaq Alaih)
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
“Barangsiapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhir hendaklah ia memuliakan tamunya” (Muttafaq Alaih)
مَا مِنْ شَيْءٍ أَثْقَلُ فِي
الْمِيزَانِ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ
“Tidak ada sesuatu pun yang lebih
berat di atas Mizan (timbangan amal di akhirat nanti) dibandingkan akhlak yang
baik” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, dan beliau menyatakan bahwa Hadits ini
Shahih)
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Barangsiapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhir hendaklah ia menyambung silaturahim”. (Muttafaq Alaih)
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ
وَيَدِهِ وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ
“Seorang muslim adalah orang yang
kaum muslimin selamat dari mulut dan tangannya. Muhajir (orang yang berhijrah)
adalah orang yang hijrah (menjauhi) dari segala yang dilarang Allah” (HR.
Bukhari)
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ
وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ
لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ
“Shodaqoh tidaklah akan mengurangi
harta sedikitpun, dan tidaklah seorang hamba yang memberi maaf, melainkan Allah
akan menambahkan baginya kemuliaan dan kehormatan, dan tidaklah seseorang itu
merendahkan diri di hadapan Allah kecuali Allah akan mengangkat derajatnya”.
(HR. Muslim)
لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ
شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ
“Janganlah engkau meremehkan amal
kebajikan meskipun kecil, walaupun itu hanya berupa wajah yang manis ketika
engkau bertemu saudaramu”. (HR. Muslim)
سِبَابُ الْمُسْلِم فُسُوقٌ
وَقِتَالُهُ كُفْرٌ
“Mencaci seorang muslim adalah
tindakan yang melampaui batas (fasiq) sedangkan membunuhnya adalah kekafiran”
(Muttafaq Alaih)
أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ قَالُوا
اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ قِيلَ
أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ قَالَ إِنْ كَانَ فِيهِ مَا
تَقُولُ فَقَدِ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ
“Tahukah kalian apakah ghibah
(menggunjing) itu ?” Para Shahabat menjawab “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu”.
Rasul pun menjelaskan, “(Ghibah adalah) menyebutkan sesuatu dalam diri
saudaramu yang tidak disukainya”. Seorang shahabat bertanya, “Bagaimana jika
yang kami sebutkan itu memang benar-benar ada padanya ?” Rasul pun bersabda, “Jika
apa yang kalian sebutkan itu memang benar ada padanya, maka berarti engkau
telah menggunjingnya, dan jika tidak ada padanya berarti engkau telah
memfitnahnya”. (HR. Muslim)
Siapakah orang yang bangkrut itu?
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا
مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي
يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ
هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا
فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ
حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ
فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bertanya :
“Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut ( pailit ) itu ?” Mereka (para sahabat ) menjawab : “Orang yang pailit di antara kita adalah orang yang tidak mempunyai uang dan harta”. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menerangkan : “Orang yang pailit dari ummatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) shalat, puasa dan zakatnya, namun dia datang dan (dahulu di dunianya) dia telah mencela si ini, menuduh (berzina) si itu, memakan harta si ini, menumpahkan darah si itu dan telah memukul orang lain (dengan tidak hak ), maka si ini diberikan kepadanya kebaikan orang yang membawa banyak pahala ini, dan si itu diberikan sedemikian juga, sehingga ketika kebaikannya sudah habis sebelum dia melunasi segala dosanya (kepada orang lain), maka kesalahan orang yang dizhalimi di dunia itu dibebankan kepadanya, kemudian dia dilemparkan ke api neraka. (HR. Muslim).
“Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut ( pailit ) itu ?” Mereka (para sahabat ) menjawab : “Orang yang pailit di antara kita adalah orang yang tidak mempunyai uang dan harta”. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menerangkan : “Orang yang pailit dari ummatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) shalat, puasa dan zakatnya, namun dia datang dan (dahulu di dunianya) dia telah mencela si ini, menuduh (berzina) si itu, memakan harta si ini, menumpahkan darah si itu dan telah memukul orang lain (dengan tidak hak ), maka si ini diberikan kepadanya kebaikan orang yang membawa banyak pahala ini, dan si itu diberikan sedemikian juga, sehingga ketika kebaikannya sudah habis sebelum dia melunasi segala dosanya (kepada orang lain), maka kesalahan orang yang dizhalimi di dunia itu dibebankan kepadanya, kemudian dia dilemparkan ke api neraka. (HR. Muslim).
Garbage in garbage out (GIGO)
Meminjam istilah komputer yaitu
Garbage In Garbage Out (jika sampah yang dimasukkan sampah pula yang
keluar) maka jika inputnya bagus pastilah outputnya bagus pula. Jika inputnya
bagus namun outputnya buruk, tentulah ada masalah pada softwarenya atau hardwarenya.
JIKA SESEORANG TELAH MEMPELAJARI
ILMU TAUHID TETAPI TAUHID ITU TIDAK TERCERMIN PADA AKHLAK DAN ADABNYA, BISA
JADI SOFTWARE YANG DIMASUKKAN SALAH ATAU HARDWARENYA YANG ADA MASALAH SEHINGGA
HARUS SEGERA DISERVICE ATAU DIUPGRADE.
Wallahu A’lam
(saifalbattar/arrahmah.com)
- See more at:
http://www.arrahmah.com/kajian-islam/tauhid-inputnya-akhlak-mulia-outputnya.html#sthash.eYHeM9qP.dpuf
No comments:
Post a Comment